Sejarah Lahirnya Kepulauan Sosial

Selamat siang dan selamat menikmati hari kamis yang mendung ini di kota Banjarmasin.

Di sela-sela waktu sibuk saya sebagai mahasiswa akhir, saya teringat sebuah kalimat yang dituliskan oleh Bapak Dr. Mujiburrahman MA, di koran harian BPOST, kalau tidak salah begini "yang namanya minoritas itu harus sabar".

Sekilas kalimat ini biasa-biasa saja, tapi bagi saya ini luar biasa karena kalimat ini mempunyai arti yang dalam bagi orang-orang minoritas dikalangan manapun. Kalimat ini bisa saya artikan sebagai "papadahan" untuk orang-orang minoritas supaya selalu sabar dan bersabar.

Dan hal ini saya sendiri mengalaminya, ketika saya berhadapan dengan yang mayoritas walaupun saya benar, tetap akan selalu salah dan kalah dengan mayoritas. 

Sebelumnya saya ingin kita samakan persepsi kita mengenai kata "mayoritas" dan "minoritas". Mayoritas adalah yang paling banyak diikuti dan Minoritas adalah yang paling sedikit, ini pengertian singkatnya saja. 

Kalau kita berbicara kwantitas tentu mayoritas selalu menang dan minoritas selalu kalah, tapi kalau kita berbicara kwalitas maka bisa saja minoritas yang lebih berkualitas. Dari teori inilah lahirnya kepulauan dimana-mana. 

Mayoritas kemana-kemana selalu membawa ego bahwa kamilah pemenang, pemilik dan penguasa, sedangkan minoritas kemana-kemana selalu membawa hati dengan penuh kesabaran dan selalu berusaha mencari jalan lain supaya bisa menang. 

Inilah yang menurut saya salah besarnya yang menimbulkan lingkungan kita menjadi pulau-pulau, seandainya saja sebagai tolak ukurnya selama ini adalah kwalitas saya menjamin tidak akan ada lagi pulau yang tumbuh karena kwalitas itu konkrit adanya dan dijamin keadaanya.

Seperti yang tertulis dalam Dasar Negara kita Pancasila ke-4 "kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan". Seandainya saja segala hal itu dilakukan dengan kwalitas (musyawarah) tanpa adanya kwantitas (pilihan terbanyak). Sekali lagi, mungkin tidak ada lagi lahirnya sebuah pulau baru. 

Tapi ada kata sahabat saya, "berbeda-beda tetapi tidak pernah satu" . Ini akan menjadi Pekerjaan rumah siapa? a. Pemerintah b. Orang Tua c. Kita Semua 
Insya Allah berkah...aammiin

Labels: ,